Stakeholder Penerbangan Ikuti FGD Understanding Situational Awareness in Aviation Systems

man-headphones

CN, Jakarta - Bandara Internasional Minangkabau (BIM) berada di jalur strategis penerbangan domestik maupun internasional, oleh karenanya sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai pendaratan darurat.

“Bandara Internasional Minangkabau ini berada di jalur strategis baik penerbangan domestik maupun internasional, jika ada kejadian yang memerlukan pengalihan pendaratan maka bandara ini sangat memadai dari sisi fasilitas untuk mendaratkan berbagai jenis pesawat berbadan besar, tidak terkecuali penerbangan VVIP,” ujar Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VI Padang, Capt. Megi H. Helmiadi dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema Understanding Situational Awareness in Aviation Systems di Garuda Indonesia Training Center, Jakarta Barat, Jumat (14/6/2024).

Menurut Capt. Megi, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang merupakan salah satu wilayah kerjanya menjadi inspirasi terselenggaranya FGD kali ini, khususnya terkait penanganan peralihan pendaratan Very Very Impontant Person (VVIP) ketika terjadi kondisi darurat serta Search and Rescue (SAR) di perairan.

Sebagai langkah antisipasi kemungkinan terjadinya pendaratan darurat di BIM akibat berbagai kondisi tertentu, maka dipandang perlu untuk melaksanakan FGD tentang Situational Awareness. FGD ini merupakan kelanjutan dari FGD Penanganan Pendaratan Darurat VVIP serta Penandatanganan Letter of Operational Coordination Agreement (LOCA) dengan BASARNAS yang telah diselenggarakan pada April 2024 lalu.

FGD ini juga membahas tentang Traffic Collision Avoidance System Resolution Advisory (TCAS RA) guna melanjutkan koordinasi dan kolaborasi yang sebelumnya telah dilakukan bersama AirNav Indonesia dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Kami membahas terkait TCAS RA yang berfungsi sebagai alat untuk mencegah tabrakan antar pesawat di udara dimana erat kaitannya dengan pilot dan Air Traffic Controller (ATC),” jelas Capt. Megi.

Selain itu dibahas juga tentang Cloud Ceiling yaitu ketinggian awan dari daratan yang berhubungan dengan BMKG dan berdampak pada keselamatan penerbangan khususnya saat approach dan landing.

Turut hadir pada FGD ini stakeholder penerbangan seperti TNI, BASARNAS, AirNav Indonesia, BMKG, serta Asosiasi Pilot dan ATC.

“Kami berharap, kegiatan ini dapat mengedukasi dan meningkatkan wawasan bagi stakeholder penerbangan yang kemudian akan berkembang menjadi kesadaran (consciousness) serta menghasilkan kesiapsiagaan (awareness) dalam menangani keadaan darurat, sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan,” pungkas Capt. Megi.

Selanjutnya hasil dari kegiatan ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan pendaratan pada kondisi darurat baik untuk penerbangan VVIP dan SAR di wilayah perairan. 

Terpopuler

To Top