CN, Denpasar, Bali - Pertemuan 24th FAA - Asia Pacific (APAC) Bilateral Partners Dialogue Meeting resmi dibuka di Denpasar, Bali (7/5). Acara yang akan berlangsung hingga 10 Mei 2024 ini, Dihadiri tiga belas negara Asia Pasifik, Indonesia sebagai tuan rumah, Australia, Cina, Taiwan, Hong Kong, India, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Malaysia, Singapura, dan Timor Leste.
Pertemuan antara Federal Aviation Administration (FAA) yang merupakan otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat dengan para otoritas penerbangan sipil dan pelaku industri penerbangan Asia Pasifik akan membahas topik-topik terkini terkait regulasi dan teknologi penerbangan sipil, termasuk Advanced Air Mobility (AAM) dan Unmanned Aircraft Systems (UAS).
Kemudian turut dibahas sertifikasi dan sistem audit keselamatan, pengembangan dan pemanfaatan bahan bakar penerbangan berkelanjutan / SAF (Sustainable Aviation Fuel) serta perlindungan lingkungan dalam penerbangan, sebagaimana dikelola oleh regulator, industri penerbangan, dan pemangku kepentingan lintas industri lainnya.
Pemerintah dalam hal ini, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mengapresiasi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam 24th FAA - Asia Pacific Bilateral Partners Dialogue Meeting, khususnya FAA yang telah memberikan kesempatan yang sangat berharga bagi Otoritas Penerbangan Sipil di Asia-Pasifik dan industri untuk bertemu, bertukar gagasan, dan mengatasi permasalahan kepentingan bersama yang berdampak pada kawasan Asia-Pasifik.
"Saya mengapresiasi sebesar-besarnya kepada pihak FAA yang secara konsisten dan berkelanjutan memberikan kontribusi berharga untuk pengembangan di bidang transportasi udara pada negara negara Asia Pasifik terutama pembahasan pembahasan terkait keselamatan penerbangan," tutur Direktur Jenderal Perhubungan Udara M. Kristi Endah Murni di Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Kristi berharap, hasil dari pertemuan ini dapat mempercepat kemajuan penerbangan sipil di Asia Pasifik dan wawasan baru yang diperoleh dapat diimplementasikan untuk kualitas penerbangan yang lebih baik.
“Ikatan kuat dan kerja sama yang telah berjalan dengan sangat baik selama ini antara FAA dan otoritas penerbangan sipil di negara-negara Asia Pasifik terutama dalam implementasi peningkatan teknologi keselamatan penerbangan kiranya dapat dipertahankan dan bahkan terus ditingkatkan," jelas Dirjen Kristi.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Navigasi Penerbangan, Capt. Sigit Hani Hadiyanto yang secara resmi membuka pertemuan ini mewakili Dirjen Perhubungan udara menyampaikan Indonesia merasa terhormat menjadi tuan rumah forum penting ini.
“Merupakan suatu kehormatan besar bagi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia untuk menjadi tuan rumah pertemuan penting ini, yang mempertemukan perwakilan mitra FAA dari wilayah Asia Pasifik untuk membahas kolaborasi guna memajukan keselamatan penerbangan secara seimbang dengan perkembangan teknologi Penerbangan sipil yang ramah lingkungan,” kata Capt. Sigit.
Ruang udara di kawasan Asia Pasifik berfungsi sebagai katalis kemajuan, memfasilitasi perdagangan dan kegiatan bisnis lainnya, mempromosikan pariwisata, dan pertukaran budaya dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal tersebut memberikan tanggung jawab bersama untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan semua orang yang bergantung pada transportasi udara. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif dan kerja sama serta kolaborasi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berharap wawasan dan hasil diskusi dari kegiatan ini akan menjadi katalisator perubahan positif dan mengarah pada kemajuan dalam bidang keselamatan, lingkungan, dan perkembangan teknologi penerbangan sipil yang tidak hanya bermanfaat bagi kawasan Asia Pasifik, namun juga seluruh komunitas penerbangan global.